Selasa, 10 Mei 2011

makalah seminar



KAJIAN KOMBINASI PEMUPUKAN HIJAU BIOMASSA KIRINYU DENGAN DOSIS N, P, K ANORGANIK TERHADAP C-ORGANIK TANAH SERTA HASIL JAGUNG PADA TANAH VERTISOL TARUS



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Timor adalah salah satu pulau di propinsi nusa tenggara timur (NTT), yang kondisi iklim nya kering pada periode musim kering yang panjang (8-9 bulan) dan musim jujan yang relative singkat (2-3 bulan). Perubahan musim didaerah ini dipengaruhi oleh pergerakan angin muson. Menyikapi kondisi tersebut maka maka budidaya tanaman di daerah ini difokuskan pada budidaya tanaman lahan kering. Salah satu tanaman yang sering dibudidayakan pada daerah tersebut adalah tanaman jagung.
Jagung merupakan salah satu tanaman budidaya yang sering ditanam petani dinusa tengara timur (NTT). Jagung bagi masyarakt petani merupakan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan beras karena jagung memiliki komposisi kimia yang bervariasi. Komposisi kimia jagung adalah 80% karbohidrat, 10% protein, 4,5% minyak, 3,2% serat kasar, dan 2% mineral (koeswara, 1982). Selain itu komuditas jagung dapat dijadikan makan ternak dan bahan baku industry.
Tanaman jagung tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Salah satunya ialah tanah vertisol. Tanah vertisol merupakan tanah liat berat karena kandungan liat mendominasi hingga > 30% dan berwarna gelap. Kandungan bahan organik tidak melebihi 0,5 atau 1%.
Salah satu perlakuan yang baik untuk meningkatkan hasil jagung ialah dengan melakukan pemupukan. Bahan pupuk yang dapat digunakan ialah pupuk organik dan pupuk anorganik. Bagi petani, pupuk anorganik sudah tidak asing lagi bagi para petani di NTT karena pupuk anorganik sudah sering digunakan oleh petani di NTT. Namun, praktek pemupukan menggunakan bahan organic masih relative terbatas penggunaannya oleh para petani. Bahan organik seperti kompos dan pupuk hijau dapat memberikan keuntungan di berbagai bidang. Bahan organik dapat juga disebut pupuk lengkap karena bahan organic dapat menyediakan semua jenis unsure hara baik makro maupun mikro. Bahan organic juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
Pupuk hijau merupakan tanaman atau bagian dari tanaman yang masih muda yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk dapat meningkatkan ketersediaan unsure hara bagi tanaman. Pupuk hijau mengandung unsure hara nitrogen yang banyak. Dilapangan, pilihan pupuk hijau dengan tujuan pemupukan tanaman budidaya dapat dilakukan dengan menggunakan biomassa kirinyu (Chromolaena odorata). Di NTT kirinyu tidak asing dan tidak jarang ditemukan oleh petani, sehingga secara mudah dan murah dapat diambil petani dari lingkungan sekitar dengan tujuan pemupukan hijau. Biomassa kirinyu sangat baik untuk pemupukan karena mengandung unsure nitrogen yang cukup tinggi disamping unsure fosfor dan kalium.
Dilihatdari hal dikatas yaitu makin mahalnya pupuk buatan serta dampak negatif yang ditimbulkan dalam jangka waktu yang lama maka perlu dilakukan kombinasi pemupukan organik dan anorganik perlu dilakukan dalam kegiatan budidaya tanaman. Salah satu upaya untuk meningkatkan efesiensi penggunaan pupuk anorganik N, P, K adalah dengan mengkombinasi dengan pupuk kirinyu, karena kirinyu dapat menyumbangkan N,P,K dan memperbaiki sifat fisik biologi dan kimia tanah. Bahan organik merupakan bahan penting dalam memperbaiki sifat-sifat tanah (Hakim, Yusuf, Lubis, Sutopo, Rusdi, Diha, Hang, Bailay, 1986).
Melihat tingginya kandungan unsur hara pada jaringan kirinyu dan tingkat pelapukan yang relatif cepat, maka dapat dijadikan sebagai sumber bahan organik agar peningkatan efesiensi pemnggunaan dosis pupuk anorganik N,P,K dapat ditekan. Perpaduan antara kedua jenis pupuk tersebut dapat meningkatkan kesuburan pada tanah vertisol. Terbatasnya informasi pengaruh perpaduan dari kedua pupuk ini pada tanah vertisol serta pengaruhnya terhadap hasil jagung maka perlu dilakukan penelitian ini.
1.2  Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari  penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengaruh kombinasi biomassa kirinyu dengan ragam dosis N,P,K terhadap
2.      Untuk mengetahui pengaruh kombinasi pemupukan hijau biomassa kirinyu dengan ragam dosis N,P,K anorganik terhadap komponen pertumbuhan dan hasil jagung serta menentukan kombinasi yang memberikan hasil terbaik.
3.      Untuk mengetahui pengaruh pemupukan  hijau biomassa kirinyu untuk menekan penggunaan dosis pupuk N,P,K anorganik pada tanah Vertisol yang ditanami jagung.

1.3  Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah :
1.      Kombinasi pemupukan hijau biomassa kirinyu dengan beberapa dosis N,P,K anoganik dapat meningkatkan komponen pertumbuhan dan hasil jagung pada tanah Vertisol
2.      Pengaruh kombinasi pemupukan hijau biomassa kirinyu dengan penggunaan dosis  pupuk N,P,K anorganik pada tanah Vertisol, dapat menekan pemakaian sejumlah dosis N,P,K anorganik.












BAB II
TINJAUAN PUTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Jagung
Tanaman jagung yang dalam bahasa latinnya Zea mays L. termasuk dalam family graminaceae dan merupakan salah satu jenis tanaman biji-bijian yang sudah populer diseluruh dunia. Tanaman jagung mendapat perhatian penting untuk dikembangkan karena tanaman jagung memiliki sumber karbohidrat yang tinggi sehingga kebanyakan tanaman diusahakan oleh petani, juga sebagai bahan baku industry pakan ternak dan industry lainnya.
Adapun taksonomi jagung sebagai berikut :
Divisio                   : Spermatopiota
Sub divisio            : Angiospermae
Klas                       : Monocotyledonae
Ordo                      : Graminae
Family                   : Graminaceae
Genus                    : Zea
Spesies                  : Zea mays L.

2.2.Sifat dan Ciri Tanah Vertisol
Menurut klasifikasi USDA, tanah Vertisol merupakan hasil sedimentasi yang berasal dari bahan induk bersifat Alkalis yang memiliki kandungan liat tinggi dengan tipe mineraliat 2 : 1 (Montmorilonit) yang bersifat mengkerut jika kering dan mengembang jika basah. Jenis tanah ini tergolong jelek karena memiliki kandungan bahan organik rendah pada lapisan atas, serta sifat fisik yang kurang baik (Darmawijaya, 1990).
 Penambahan bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, mengatur draenase dan pengolahan tanah yang memadai sehingga dapat memberikan hasil yang baik bagi tanaman. Pada umumnya tanah ini dijumpai didaerah-daerah semi arid, dengan curah hujan kurang dari 2500 mm pertahun, dengan perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau yang nyata. Jenis tanah ini menyebar pada ketinggian sampai 300 m diatas permukaan laut, dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit.

2.3.Tinjauan Umum Pupuk Hijau
Pupuk hijau merupakan jaringan  tanaman yang masih muda yang belum terkomposisi yang dibenamkan dalam  tanah, dengan tujuan untuk meningkatkan unsur hara. Pupuk hijau juga dapat merupakan bahan organik yang dapat meningkatkan granulasi, yang mengubah tanah menjadi gembur untuk tanah produktif, sumber utama fosfor, sulfur dan merupakan salah satu sumber nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan berfungsi dalam menjadikan daun menjadi lebih hijau segar sehingga banyak mengandung butir hijau daun dalam proses fotosintesis dan pertumbuhan vegetatif tanaman.

2.4.Tinjaun Umum Kirinyu
Kirinyu (C. Odorata) merupukan gulma semak berkayu, berbatang bulat, tanpa duri, tegak dengan ketinggian 2 – 3 meter dan bercabang banyak. Daunya berhadapan, bentuk daun segi tiga hingga bulat telur dengan ujung lancip, tepinya bergerigi, permukaan daun berbentuk halus, panjang daun dewasa berkisar 6 – 12 cm dan lebar 3 – 7 cm. Pembungaannya mengelompok pada ketiak daun. Warna bunga ungu terang sampai biru keputihan, panjang tangkai bunga 1 -2 cm, bunga berbentuk seperti cerobong asap. Buah berwarna  hijau dengan diameternya sebesar 1 mm. bijinya berwarna cokelat kehitaman, panjang 4 – 5 mm, lebar 0,25 – 0,45mm, berbulu kasar dengan panjang bulu sekitar 5mm, berkembang biak dengan biji atau stek batang kecepatan pertumbuhannya bias mencapai 20 mm perhari dan system perakarannya serabut yang tumbuh menyebar dalam tanah (Hills, 1992 dalam Balalembang, 2003)
Kirinyu merupakan bahan pupuk hijau yang sangat potensial. Hal ini dikarenakan unsure hara dalam jaringan cukup besar. Komposisi kandungan unsur hara kirinyu diliat pada table berikut



Tabel 1. Komposisi kandungan unsur hara kirinyu
Bagian Tumbuhan
Komposisi Kandungan Unsur Hara (%)
N
P
K
Ca
Mg
Na
Daun
5,89
0,74
3,13
3.30
0,83
0,01
Batang
1,00
0,23
1,73
0,37
0,18
0,01
Akar
0,87
0,13
0,93
3,30
0,15
0,01

2.5.Tersediaan Nitrogen, Fosfor dan Kalium Dalam Tanah
2.5.1.      Unsur Nitrogen (N).
Nitrogen yang berada dalam tanah bersumber dari: (1) dibawah oleh air hujan kedalam tanah karena adanya halilintar di udara yang dapat menghasilkan zat nitrat. Sumber N dari fiksasi oleh peristiwa elektris diudara yang menjadi nitrit yang selanjutnya diubah menjadi nitrat kemudian dibawah oleh air hujan masuk atau meresap kedalam tanah; (2) berasal  dari bahan organic ;(3) berasal dari panbrik pupuk buatan; (4) bakteri-bakteri
Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amanium). Nitrogen bersifat mobil karena tidak terikat dalam tanah, sedangkan NH4+ tidak begitu mudah bergerak (immobil) karena terjerat oleh kompleks liat humus, namun melalui nitrifikasi ion NH4­++ dapat ditransformasikan dengan cepat menjadi NO3.
Nitrogen berperan untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun. Apabila kekurangan nitrogen maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, daun menjadi hijau muda, daun tua akan lebih cepat menguning. Bila tanaman berbuah maka buah akan tumbuh kerdil kekuningan dan cepat matang.
2.5.2.      Unsur Fosfor (P)
Didalam tanah fosfor bersumber dari pelapukan batuan mineral, dan dari pelapukan bahan organik. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO- dan HPO42-. Umumnya bentuk H2PO4- lebih tersedia bagi tanaman dibandingkan HPO42-. Karena HPO42-. Yang tinggi dalam larutan tanah yang memungkinkan pengangkutannya dalam takaran besar. Fosfoe tersedia pada kisaran pH 6 – 7.
Fosfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar khususnya akar benih dan tanaman muda. Fosfor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu; membantu asimilasi dan pernafasan, mempercepat pembungaan serta pemasakan biji dan buah. Gejala kekurangan fosfor yang tampak pada tanaman ialah warna daun seluruhnya berubah tua dan sering tampak mengkilap kemerahan. Tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang akan berubah menjadi kuning, tanaman berbuah kecil dan cepat matang.
2.5.3.      Unsur Kalium (K)
Kalium dalam tanah bersumber dari: (1) beberapa jenis mineral yakni mineral primer (feldspar dan nika) dan mineral sekunder yang terbentuk dari alterasi nika; (2) sisa-sisa tanaman dan jasad renik; (3) air irigasi serta larutan dalam tanah; (4) pupuk buatan.
Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+ . kalium mempunyai sifat mudah larut. K didalam tanah terdapat dalam bentuk relatif tidak tersedia, segera tersedia dan lama tersedia.
Kalium berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Kalium juga merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Apabila tanaman kekurangan kalium maka daun tanaman akan keriting pada daun tua walaupun tidak merata. Pada daun akan tumbuh bercak-bercak merah cokelat kemudian daun akan mengering lalu mati
2.6.Pengaruh kombinasi pupuk hijau biomassa kirinyu dengan dosis N, P, K anorganik terhadap C-organik tanah dan hasil tanaman jagung
Simbolon (2003) mengatakanbahwa hasil pertanian organik yang menggunakan  bahan organik dalam proses pemupukan, ditentukan oleh pengolahan secara intensif dalam kerangka menghasilkan produktifitas tanaman yang optimal, yang pelaksanaannya antara lain melalui penambahan bahan organik terdekomposisi, rotasi tanaman dapat meningkatkan  kesuburan dan mengurani serangan hama dan penyebab penyakit.
Keunggulan pemupukan sintetik kimia (anorganik) adalah bahwa lebih mudah menentukan jumlah pupuk yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, hara yang diberikan dalam bentuk cepat tersedia, dapat diberikan pada saat yang tepat serta pengangkutan dan pemakaian lebih murah karena haranya tinggi sedangkankelemahannya dapat merusak lingkungan hidup (Hakim, dkk, 1986)



















BAB III
METODE PENELITIAN


3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan didaerah sentra produksi pertanian didataran Tarus, Kecamatan Kupang Tengah dan dilanjutkan dengan analisis tanah di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana yang berlangsung dari bulan Januari sampai bulan Maret 2011.
3.2.Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tali rafia, ajir kayu, benih jagung  varietas Lamuru, pupuk urea, SP36, KCL, pestisida, pupuk hijau biomassa kirinyu, aquades, buku lapangan, dan tas plastik.
Peralatan byang digunakan dalam penelitian ini adalah: Pacul, parang, sabit, elinometer, meteran, ring sampel tanah, linggis, alat tulis dan alat-alat analisis dilaboratorium.
3.3.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan yaitu rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan dan 2 kelompok sehingga terdapat 24 percobaan, perlakuan yang ingin dicoba dan diukur pengaruhnya adalah:
A   : Tanpa pemupukan biomassa kirinyu dan N,P,K anorganik (control)
B    : Pemupukan organik pupuk hijau biomassa dengan dosis 20 ton.Ha-1, diberikan 10                                             hari   sebelum tanam
C   : Kombinasi pemupukan organik pupuk biomassa kirinyu dengan dosis 20 ton.Ha-1, diberikan 10 hari sebelum tertaman, dengan pemupukan anorganik N,P,K dengan dosis berturut-turut 200 Kg.Ha-1  urea, 100 Kg.Ha-1 SP36, 90 Kg.Ha -1 KCL (100 % dosis N,P,K), diberikan saat tanam.
D    : Kombinasi pupuk organik pupuk hijau biomassa kirinyu dengan dosis 20 ton.Ha-1, yang diberikan 10 hari setelah tanam dengan 75% dosis N,P,K diberikan saat tanam.
E    : Kombinasi pupuk organik pupuk hijau biomassa kirinyu dengan dosis 20 ton.Ha-1, yang diberikan 10 hari setelah tanam dengan 50% dosis N,P,K diberikan saat tanam.
F    : Kombinasi pupuk organik pupuk hijau biomassa kirinyu dengan dosis 20 ton.Ha-1, yang diberikan 10 hari setelah tanam dengan 25% dosis N,P,K diberikan saat tanam.
3.4.Metode dan Analisis Data
Model linier umum dari rancangan acak kelompok menurut Gasperz (1994) adalah:
Yij = µ + Ti + βj + ij                                                                              ; i = 1,2 …i
                                                                                            i = 1,2 …j
Dimana
Yij             = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dalam kelompok ke-j
µ                = Nilai tengah populasi (populasi mean)
Ti                    = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
βj                    = Pengaruh aditif kelompok ke-j
ij                 = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j
Data pengamatan, baik dengan cara mengukur maupun menghitung yang merupakan fariabel tergantung seperti yang disajikan pada bagian pengamatan berikut, akan dianalisis dengan sidit ragam untuk mengetahui perbedaan nilai rerata antara perlakuan. Sidit ragam yang dilakukan untuk menguji hipotesis:
Ho = T1 = T2 = T3 = T4 = T5 = T6 = 0
H1 = minimal ada satu Ti tidak sam dengan 0 untuk I = 1, 2, 3, 4, 5, 6.
Jika nilai F hitung lebih besar dari Ftabel tolak Ho.
Jika nilai Fhitung  lebih kecil atau sama dengan Ftabel terima Ho
Apabila nilai Fhitung lebih besar Ftabel, untuk menentukan rerata perlakuan : T1, T2, T3, T4, T5, T6 yang berbeda dilakukan uji BNJ. Taraf pengujian pada sidik ragam dan uji lanjut yang digunakan adalah pada taraf 5%

3.5.Pelaksanaan Penelitian
3.5.1.      Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan secara penuh. petak dibuat dengan ukuran 2,5 x 2 m, dengan jarak antar petak 0,5m dan antar blok 1m, kemudian dibuat sesuai jumlah perlakuan dan jumlah kelompok yang dibutuhkan.
3.5.2.      Pembenaman Bahan Pupuk Hijau
Biomassa segar kirinyu berupa daun, ranting dan cabang muda dipotong kecil-kecil dengan ukuran 1 – 2 cm dibenamkan dalam tanah dalam barisan dengan kedalaman 3 – 4 cm, kurang lebih jarak 3 cm dari barisan tempat nanti ditanami jagung. Dosis kirinyu yang diberikan adalah 20 ton.Ha-1 atau setara dengan 8 Kg / 5m2 atau 8 Kg.petak -1.
3.5.3.      Penanaman Benih Jagung
Benih jagung ditanam setelah pembenaman pupuk hijau kirinyu 10 hari. Benih jagung ditanan dengan cara pembenaman 3 – 4 benih dengan kedalaman 3 – 4 cm, dengan jarak tanam antar barisan 90 cm dan didalam barisan berjarak 30 cm. kemudian dilakukan penjarangan setelah 10 hari dan dibiarkan tumbuh satu tanaman jagung yang sehat. Tanaman jagung setiap hektar berdasarkan jarak tanam tersebut maka dapat diprediksi populasinya ialah kurang lebih 37.000 tanaman.
3.5.4.      Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menugal dan benamkan bahan pupuk dalam lubang berjarak  ± 5 cm dari lubang tanaman jagung sesuai dosis atau jumlah. Pemberian pupuk dilakukan pada waktu 10 hari setelah tanam.
3.5.5.      Pemeliharaan Tanaman
Pada tanaman berumur 4 minggu setelah tanam biasanya terserang ulat penggerek batang, dengan gejala pada daun berlubang kecil, dan pucuk daun terdapat ulat berwarna hijau. Kondisi ini dapat dikendalikan dengan menggunakan pestisida dengan campuran 500 EC dan curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/liter air. Tindakan pengendalian gulma juga perlu dilakukan agar tidak ada persaingan dalam penyerapan unsur hara dengan tanaman jagung. Pembubuhan juga perlu dilakukan untuk membantu memperkokoh tanaman dan dilakukan bersamaan dengan pengendalian gulma. Pembubunan dilakukan pada saat 20 hari setelah tanam.
3.5.6.      Pemberian Air
Pemberian air dapat dilakukan secara homogen berdasarkan kebutuhan air bagi pertumbuhan wajar tanaman jagung yakni pada status tanah kapasitas lapang. Pemberian air dapat dilakukan dengan cara pengairan yang dilakukan 2 kali seminggu sampai tanaman berumur 30 hari dan selanjutnya dilakukan setiap 7 hari sekali.
3.5.7.      Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat secara visual tegakan tanaman jagung sudah kering dan biji jagung telah keras yaitu pada umur HST. Waktu pemanenan juga mempertimbangkan umur panen varietas jagung yang digunakan dalam penelitian ini.
3.5.8.      Pengamatan
Untuk mengetahui perlakuan yanggg diberikan maka data yang diamati sebagai berikut.
a.       Kandungan C Organik tanah
Untuk mengetahhui kandungan C Organik tanah maka dilakukan analisis dengan menggunakan metode pemanasan, yaitu tanah kering udara disiapkan sebanyak 25 g dan keringovenkan pada suhu 1050C selama 24 jam. Setelah itu, tanah didinginkan kemudian  ditimbang dan dipanaskan didalam tanur pada suhu 3750C selama 16 jam. Tanah dikeluarkan, didinginkan dan ditimbang. C Organik dapat dihitung menggunakan rumus :
                                         1,724 (0,458 b – 0,4)
Bahan organic (%) =                                                    x 100%
                                       Berat tanah kering oven
b = berat tanah kering oven – berat tanah tanur.
  Bahan organik
C Organik       =
  1,724
b.      Tinggi tanaman jagung: diukur tinggi vertical dari ruas daun diatas leher akar sampai bagian tanaman sampai pada puncak tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman jagung telah berbunga penuh.
c.       Lingkar batang. Diukur lingkar batang jagung pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah, pada seluruh tanaman jagung yang telah berbunga penuh.
d.      Jumlah daun: dihitung jumlah daun yang berbentuk sempurna. Waktu perhitungam jumlah daun seperti pada saat mengukur tinggi tanaman dan lingkar batang.
e.       Berat biji jagung pipilan kering tiap petak, yakni biji jagung yang telah dipipil dan dikeringkan pada keadaan matahri penuh selama 5 hari

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Pengamatan Umum
Penanaman benih jagung dialakukan pda tanggal 30 Januari 2011. Benih jagung mulai berkecambah 6 hari setelah tanam. Tanaman jagung sudah mulai tumbuh merata pada tanggal 7 Februari 2011. Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah tanam dan menyisakan 1 tanaman sehat tiap lubang tanam.
Pada umur 4 minggu setelah tanam, tanaman jagung diserang ulat penggerek batang, dengan gejala pada daun terdapat lubang-lubang kecil dan dalam pucuk daun terdapat ulat berwarna hijau. Kondisi ini dapat dikendalikan menggunakan pestisida dengan campuran Pursban 500 EC dan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 m perliter air. Setelah penyemprotan pestisida tidak ada lagi hama yang menyerang tanaman hingga tanaman dipanen.
Tanaman jagung sudah mulai memasuki fase generatif pada umur 53 hari setelah tanam. Pemmmanenan jagung dilakukan pada umur 97 hari setelah tanam yang ditandai dengan 2 per 3 daun telah mengering dan klobotnya berwarna coklat serta bijinya mengkilat dan keras.
4.2  Kandungan C Organik
Pemberian kombinasi antara pupuk hijau biomassa kirinyu dengan pupuk N, P, K Anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap kandingan C Organik tanah.
Tabel 2.  Pengaruh Kombinasi Pupuk Hijau Biomassa Kirinyu Dengan Dosis Pupuk N, P, K Anorganik Terhadap Rata-rata C Organik Tanah.
Perlakuan
C Organik tanah (%)
Kontrol (A)
1.645 a
Pupuk Hijau Biomassa Kirinyu (B)
1.607 a
Pupuk Hijau (B) + 100 % N, P, K Anorganik (C)
1.460 a
Pupuk Hijau (B) + 75 % N, P, K Anorganik (D)
1.345 a
Pupuk Hijau (B) + 50 % N, P, K Anorganik (E)
1.600 a
Pupuk Hijau (B) + 25 % N, P, K Anorganik (F)
1.607 a
Ket: Angka yang ada pada kolom angka diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5 %.
Tabel diatas menunjukkan bahwa kombinnasi perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan C Organik tanah. Sejumlah pupuk kirinyu yang diberikan dengan tujuan untuk menambah bahan organik dalam tanah tidak mendapatkan penempatan bahan organik dalam tanah secara nyata. Hal ini disebabkan karena proses peningkatan bahan kandungan bahan organik tanah adalah proses yang berlangsung lama dan dekomposisi bahan pupuk biomassa kirinyu memiliki laju dekomposisi yang berbeda. Hal ini juga menjelaskan bahwa kandungan C Organik pada tanah yang diberi perlakuan dengan dosis N, P, K semakin tinggi jika dibandingkan dengan kontrol, walaupun angka-angka tersebut tidak berbeda nyata.


4.3  Pengaruh Kombinasi Pupuk Hijau Biomassa Kirinyu Dengan Pupuk N, P, K, Anorganik Terhadap Komponen Pertumbuhan dan Hasil Jagung
4.3.1        Tinggi Tanaman Jagung
Berdasarkan hasil analisis ragam, pemberian kombinnasi pupuk hijau kirinyu dengan dosis N,P,K anorganik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung.
Tabel 3. Pengaruh kombinasi pupuk hijau biomassa kirinyu dengan dosis pupuk N,P,K Anorganik terhadap rata-rata tinggi tanaman jagung
Perlakuan
Tinggi tanaman jagung (cm)
Kontrol (A)
177.35 a
Pupuk Hijau Biomassa Kirinyu (B)
179.10 a
Pupuk Hijau (B) + 100 % N, P, K Anorganik (C)
198.45 b
Pupuk Hijau (B) + 75 % N, P, K Anorganik (D)
193.40 ab
Pupuk Hijau (B) + 50 % N, P, K Anorganik (E)
194.40 ab
Pupuk Hijau (B) + 25 % N, P, K Anorganik (F)
185.40 a
Ket: Angka yang ada pada kolom angka diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5 %.
Tabel diatas menjelaskan bahwa tanpa pemupukan dan pemupukan biomassa kirinyu sebesar 20 ton.Ha-1 dengan kombinasi N,P,K Anorganik 25% - 75 % masi mampu memberikan tinggi tanaman yang sama yakni pada kisaran 177.35 cm sampai 193.40 cm. keadaan ini disebabkan karena tanah yang digunakan dalam penelitian ini masih memiliki tinggi kesuburan yang baik, berdasarkan analisis tanah awal yakni kandungan N 0.42%, P 60.60% dan K 0.81 me/100 g. Pada pemupukan biomassa kirinyu 20 ton.ha-1 dengan pemupukan N,P,K Anorganik 100% yang setara dengan pemupukan urea 200 kg.ha-1, SP36 100 kg ha-1 dan KCL 90 Kg.ha-1 yaitu 198.45, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan hijau biomassa kirinyu 20 ton.ha-1 dengan pemupukan N,P,K Anorganik 50% dan 75%.
Respon nyata tinggi tanaman jagung hanya terjadi pada perlakuan pemupukan hijau biomassa kirinyu 20 ton.ha-1 dengan 100% N,P,K Anorganik karena kondisi kesuburan fisik tanah relatif sama pada setiap perlakuan.hal ini disebabkan karena dosis N,P,K Anorganik selain sumber hara bagi tanaman jagung, juga merupakan sumber energi yang berarti untuk membantu proses dekomposisi biomassa kirinyu
4.3.2        Lingkar Batang
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk kirinyu dengan pupuk N,P,K ASnorganik berpengaruh nyata terhadap lingkar batang.
Tabel 4. Pengaruh kombinasi pupuk hijau biomassa kirinyu dengan dosis pupuk N,P,K Anorganik terhadap rata-rata lingkar batang jagung
Perlakuan
Lingkar batang jagung (cm)
Kontrol (A)
8.67 a
Pupuk Hijau Biomassa Kirinyu (B)
9.87 a
Pupuk Hijau (B) + 100 % N, P, K Anorganik (C)
10.85 b
Pupuk Hijau (B) + 75 % N, P, K Anorganik (D)
10.15 ab
Pupuk Hijau (B) + 50 % N, P, K Anorganik (E)
10.10 ab
Pupuk Hijau (B) + 25 % N, P, K Anorganik (F)
9.90 ab
Ket: Angka yang ada pada kolom angka diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5 %.
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa pemupukan, pemupukan hijau biomassa kirinyu sebsar 20 ton,ha-1 dan kombinasinya dengan N,P,K Anorganik 25% - 75% memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap lingkar batang jagung pada kisaran 8.67 cm sampai 10.15 cm. lingkar batang jagung yang paling nyata didapatkan pada pemupukan biomassa kirinyu 20 ton,ha-1 ­dengan pemupukan N,P,K Anorganik 100%. Namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan hijau biomassa kirinyu 20 ton.ha-1 dengan pemupukan N,P,K Anorganik 25%, 50%, dan 75%.
Hal diatas disebabkan karena kondisi kesuburan firik yang relatif baik dan ketersediaan unsur hara utamanya yang cukup. Bahan organik dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dan mengandung nitrogen (N) yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan vegetatif tanaman seperti batang, daun dan akar tanaman.
4.3.3        Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi antar pupuk jijau biomassa kirinyu dengan pupuk N,P,K Anorganik berpengaru nyata terhadap jumlah daun.
Tabel 5. Pengaruh kombinasi pupuk hijau biomassa kirinyu dengan dosis pupuk N,P,K Anorganik terhadap rata-rata jumlah daun tanaman jagung
Perlakuan
Jumlah Daun (helai)
Kontrol (A)
9.95 a
Pupuk Hijau Biomassa Kirinyu (B)
10.8 a
Pupuk Hijau (B) + 100 % N, P, K Anorganik (C)
12.05 b
Pupuk Hijau (B) + 75 % N, P, K Anorganik (D)
11.1 ab
Pupuk Hijau (B) + 50 % N, P, K Anorganik (E)
11.3 ab
Pupuk Hijau (B) + 25 % N, P, K Anorganik (F)
10.9 a
Ket: Angka yang ada pada kolom angka diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5 %.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa pada perlakuan kontrol dan perlakuan pemupukan hijau biomassa kirinyu 20 ton.ha-1 serta kombinasi pemupukan hijau biomassa kirinyu tersebut diatas dengan dosis N,P,K Anorganik dari 25% - 75%, memberikan jumlah daun jagung yang relatif sama yakni pada kisaran 9.95 helai dan 11.2 helai. Jumlah daun yang paling nyata tinggi sebagai akibat dari kombinasi perlakuan diatas, ditemukan pada pemupukan hijau biomassa kirinyu 20 ton.ha-1 dengan dosis 100% N,P,K Anorganik yaitu sebesar 12.5 helai, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan biomassa kirinyu 20 to.ha-1 dengan pemupukan N,P,K Anorganik 50% dan 74%. Hal ini disebabkan karena selain kondisi kesuburan fisik tanah yang baik, juga ditunjang dengan ketersediaan unsur hara utamanya Niterogen, Fosfor, dan Kaliun yang berasal dari proses dekomposisi biomassa kirinyu dan sumber pupuk anorganik dalam ketersediaan dan pasokan yang cukup memadai.


4.3.4        Berat Biji Jagung Pipilan Kering Tiap Petak
Hasil alisis ragam menunjukkan bahwa pemberian kombinasi antara pupuk biomassa kirinyu dengan pupuk N,P,K Anorganik berpengaruhnyata terhadap berat biji jagung pipilan kering tiap petak.
Tabel 6. Pengaruh kombinasi pupuk hijau biomassa krinyu dengan dosis pupuk N,P,K Anorganik terhadap rata-rata biji jagung pipilan kering tiap petak
Perlakuan
Berat biji jagung pipilan kering tiap petak (gram)
Berat buji jagung pipilan kering tiap hektar (ton.Ha-1)
Kontrol (A)
465.975 a
4.19 a
Pupuk hijau biomassa kirinyu (B)
485.725 a
4.36 a
Pupuk hijau (B) + 100% N,P,K Anorganik (C)
690.100 b
6.20 b
Pupuk hijau (B) + 75% N,P,K Anorganik (D)
599.200 ab
5.39 ab
Pupuk hijau (B) + 50% N,P,K Anorganik (E)
578.225 ab
5.20 ab
Pupuk hijau (B) + 25% N,P,K Anorganik (F)
596.50 ab
5.36 ab
Ket: angka-angka yang ada pada kolom angka diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%
Tabel diatas menunjukan bahwa pada perlakuan kontrol, pemupukan hijau biomassa kirinyu 20 ton.ha­-1, dan upuk hijau biomassa kirinyu  20 ton.ha-1 dengan pupuk NPK anorganik dari 25% - 75 %memberikan hasil pipilan kering biji jagung yang relatif sama yakni pada kisaran 464,98 gram.petak-1. Hasil biji jagung pipilan kering yang nyata tertinggi dicapai pada kombinasi pemupukan hijau biomassa kirinyu 20 ton.ha-1 dengan pupuk NPK 100 % yakni sebesar 690,1 gram.petak-1 dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (tanpa pemupukan) dan pemupukan bimassa kirinyu 20 ton.ha-1, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan kirinyu 20 ton.ha-1   dengan pemupukan NPK anorganik 25%, 50% dan 75%. Hal ini disebabkan karena kontribusi unsur N, P, K anorganik yang berasal dari dekomposisi pupuk hijau biomassa kirinyu dan dari pupuk anorganik N, P, K dalam jumlah yang cukupdan tersedia sehingga pertumbuhan dan tampilan tinggi tanaman jagung, diameter batang, dan jumlah daun yang nyata lebih tinggi, sehingga pada akhirnya dapat memberikan hasil biji kering yang nyata lebih tinggi.























BAB V
PENUTUP


5.1  KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil analisis data dan pembahsan hasil maka dapat disimpulkan bahwa:
a.       Kombinasi pemupukan hijau biomassa kirinyu sebesar 20 ton.ha-1 dengan ragam dosis N, P, K 25%-100% yang setara dengan pemupukan urea 200 kg.ha-1, SP36 100 kg.ha-1, KCL 90 kg.ha-1 belum mendapat pengaruh yang nyata pada kandungan C-organik pada tanah Vertisol di dataran Tarus
b.      Kombinasi pemupukan biomassa kirinyu 20 ton.ha-1 dengan ragam dosis N, P, K anorganik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang ditanam di tanah dataran tarus
c.       Pemupukan biomassa kirinyu sebesar 20 ton.ha-1 dapat menekan penggunaan pupuk N, P, K anorganik sampai 75%
5.2  SARAN
            Berdasarkan hasil penelitian diatas maka disarankan bahwa penanaman jagung dapat menggunakan pupuk hijau biomassa kirinyu sebesar 20 ton.ha-1 atau setara dengan 100 g kirinyu.petak-1 yang diberikan secara terus menerus dapat mengurangi penggunaan pupuk N, P, K anorganik sampai 75% jika kondisi fisik tanah awal telah diketahui











DAFTAR PUSTAKA


Balalembang, T. 2003. Aplikasi Kirinyu Sebagai Pupuk Hijau Dan Pemberian Beberapa Tingkat Dosis N, P, K Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Hasil Selada Di Tanah Vertisol Sikumana. Skripsi Pada Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. kupang
Foth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta
Frare, A. P. F. 2007. Pengaruh Kombinasi Pupuk Hijau Asal Biomassa Kirinyu (Chomolaena Odorata) Dengan Dosis Pemupukan Anorganik N, P, K Terhadap Komponen Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung. Skipsi Pada Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana
Gasperz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung
Hakim, N,N. Yusuf, A. M. Lubis, G. N. Sutopo, M. Risli, A. Diha, G. B. Hang dan J. H. Bailay. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung
Darmawijaya, I, M, 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Peneliti Tanah Dan Pelaksana Pertanian Di Indonesia. Gadja Mada University Press. Yogyakarta
Simbolon, B, B. 2003. Peranan Pertanian Organik Dalam Pertanian Berkelanjutan Dan Peluang Penerapan Di Indonesia. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana / S3 Ipb Bogor
Sutejo dan A. G. Kartasapoetra. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta
Warisono.1998. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta
Winarsono sugeng. 2005. Kesuburan Tanah. Penerbit Gava Media. Yogyakarta
Koeswara, 1982. Bertanam Jagung. Penerbit Swadaya. Jakarta